Thursday, August 11, 2016

Explore Tambora (Part 2 of 2)

Hari petama pendakian tanggal 13 Juli 2016, saya berniat memberi kabar orang ruma bahwa saya akan mulai mendaki namun sayang, HP saya tidak ada sinyal! FYI! Sim card yang bagus di pulau ini HANYA TELKOMSEL, Indosat sama sekali tidak ada, XL hanya sedikit.

Perjalan kami ditemani oleh porter yang secara dadakan kami 'booking' H- 1 pendakian, namanya mas Rian, umurnya 23 tahun cukup kuat dan santai dalam mendaki. Mengawali pendakian dengan menggunakan ojek, mengapa naik ojek? karena ini sangat menghemat waktu, jika berjalan dari desa pancasila ke pintu rimba itu memakn waktu 3- 4 jam sedangka dengan ojek hanya 1 jam, kami memilih naik ojek karena kami pikir kami harus menghemat energi juga karena perjalanan kami tidak hanya Tambora. Akhirnya kami menaiki ojek dengan jalan yang sangat terjal juga mamang ojek yang ugal- ugalan. Ampun deh mereka kaya enjoy banget sama jalanan yang ampun ancurnya while saya dibelakang keram paha sama pantat karena nahan padan yang hampir jatoh. *sigh*. Ongkos naik ojek sangat MAHAL! Bang Ipul sih ngomongnya Rp. 75.000 tapi sesampainya di pintu rimba (dekat pos 1) tukag ojeknya bilang Rp. 100.000/ ojek. Ini rese banget! Saya sempet emosi karena ini terkesan memeras dan terlalu mahal untuk ukuran ojek. Tapi ya apa daya ya, udah kadung sampe dan kita juga butuh.

Ngojek Ekstrim

Perjalanan Saya cukup terkejut karena porter kami ini sangat kooperatif, dia berjalan sesuai dengan kecepatan kami, tidak mau meninggalkan kami dan jarak tidak pernah lebih dari 10 meter dari kami, LUAR BIASA! Jarang saya menemukan porter seperti ini,sepengalaman saya mendengar cerita teman- teman biasanya mereka ditinggal oleh porter mereka, bahkan ada yang sampai terpaksa tidur di jalan karena tenda ada di porter yang tidak tau sudah jalan sejauh mana.

Pukul 10.30 kami memulai pendakian dari pintu rimba, sekitar 15 menit ke pos 1. Sesamainya di pos 1 kami melanjutka perjalanan dan tiba di pos 2 pukul 12.00. Kami beristirahat di pos 2 sekaligus makan siang. Kami tidak memasak karena kami membeli nasi bungkus di warung banyuwangi, makan nasi, telur, ayam, dan orek tempe.

POS 2

Setelah makan siang kami melanjutkan perjalanan pukul 13.15 menuju pos 3 tempat camp pertama kami di Tambora, selama perjalanan kami kehujanan, dalam hati saya "sial! Kenapa mesti hujan sih!", repot banget hari pertama kena hujan, Tito yang mulai kerepotan karena tiba- tiba kakinya keram al hasil kita tekuran beban, saya bawa carrier dan Tito bawa daypack. Makin lama hujan makin besar, estimasi waktu yang porter bilang sekitar jam stengah 6 sore kita sampai pos 3. Aga BT sebenernya karena lumayan lama dan kondisi hujan.

Setelah berjalan 1 jam setengah hujan mulai berhenti dan kondisi kami membaik, ditambah lagi ternyata kami tiba di pos 3 lebih awal yaitu pukul 15.45 artinya dari pos 2 ke pos 3 hanya memakan waktu 2,5 jam saja. Setibanya di pos 3 kami langsung membangun rumah tangga fly sheet dan tenda. Malam pertama kami di Tambora sangat menyenangkan, obrolan yang tidak jauh seputaran pacet, cemilan khas Bima yang di bawa teman baru kami yang bertemu di Pa Ipul, dan belum lagi obrolan datar mas Danis yang selalu membuat saya tertawa. Malam itu terasa hangat meski tanpa api unggun.


POS 3, Rian, dan Mas Danis :P

14 Juli  2016.
Pagi pun tiba hari kedua kami di Tambora harus lebih menyenangkan dari hari sebelumnya, pagi begitu cerah meskipun masih ada sisa- sisa kabut. Matahari pagi ini kami gunakan untuk menjemur pakaian, sepatu, dan tas yang basah,  tidak seluruhnya kering sih.. tapi yaaa lumayan lah. Kami memulai perjalana pukul 11.30, ini agak kesiangan sih karena kami menunggu jemuran kering hahahahaha. 

Pukul 13.00 kami tiba di pos 4 yang PENUH DENGAN JELATANG, tumbuhan dengan daun hijau berbulu yang sekali sentuh gatel + panas minta ampun! Untung saya pake long sleeve dan celana panjang karena saya lebih takut sama ginian daripada sama matahari hahahaha.

Si Jelatang

Ini padang Jelatang, Jelatang everywhereeee

Di Pos 4 ini ternyata ada sinyal! HANYA SIMPATI dan XL. Siapa tau mau janjian sama ojek untuk di jemput, disinilah tempatnya hahahaha. Tidak... Tidak... Hal ini sangat baik mengingat hutan di Tambora sangat lebat dan jalan setapaknya banyak membuat orang- orang bayak yang tersesat, maka dengan adanya sinyal di gunung ini mempermudah pendaki untuk mendapatkan pertolongan kalau kalau ada hal yang bersifat urgensi.

Para Pemburu Sinyal HAHAHAHHAHA

Pukul 13.20 Kami melanjutkan perjalanan menuju pos 5 dan camp di Makam, ini posisinya sekitar 45 menit maju dari pos 5. Perjalanan sangat asik, karena cuaca benar- benar cerah dan sama sekali tidak ada hujan sedikit pun. Sepanjang jalan kami di suguhkan dengan Jelatang yang ga ada abis- abisnya, dan akhirnya pukul 15.00 kami tiba di pos 5, kami sedikit turun dari pos 5 dan beristirahat di sungai yang dulu menjadi jalur lahar dingin gunung Tambora sekaligus mengambil air, karena di makam tempat kami camp. Sama sekali tidak ada air. Pukul 15. 20 kami melanjutkan perjalanan dan tiba di makam pukul 16.00.


Sungai


Akhirnya ga bawa Keril wakakakkaak...

Ini ada di pos Makam, sebenernya sih bukan ada makam, tapi ada nisan ini makanya disebut pos makam. FYI ini nisan porter yang meninggal di Tambora, meninggalnya kenapa kalo ga salah sih sakit karena kedinginan, saya juga ga tau sih jelasnya gimana.


Setibanya di pos makam, kami mendirikan tenda dan beristirahat lebih cepat karena besok pukul 03.30 subuh harus bangun dan packing untuk menggantuk carrier kami ke pohon. KENAPA? Karena Tambora terkenal dengan BABInya yang kurang ajar, fenomena tenda sobek karena babi itu sudah biasa, maka dari itu setiap mau ke puncak disarankan barang2 dikemas dalam carrier dan di gantung di pohon yang cukup tinggi.

15 Juli 2015 Pukul 04.30 kami melanjutkan perjalanan ke puncak, udara sangat dingin, dingin sekali ditambah angin yang cukup kencang membawa badan saya makin mengigil padahal sudah pakai baju 2 lapis dan jaket tebal. Perjalanan menuju puncak berpasir dan pukul 05.30 matahari sama sekali tidak terlihat. Pukul 05.45.00 kami tiba di bibir kawah. Disini terlihat kawah yang super besar! Paling besar yang pernah saya lihat dengan diameter 7km ! HUGE MAN! Disini saya benar- benar mengigil karena jam 06.45 matahari masih belum terlihat jelas, masih tertutup awan. Namun akhirnya pukul 07.00 kami naik ke puncak karena kami tidak mau telalu siang untuk turun.
Kawah Super Besar

Kali ini foto saya semua ya hahahahah..

Jalan Ke Puncak. Epic kan?

Mas Danis, Rian, Saya, dan Tito

Ini kawah kaya punya cuaca sendiri, diatas cerah belom tentu di dalemnya juga cerah. dan tiap sisi kawah belum tentu cuacanya sama hahahha.

Perjalanan dari puncak ke pos makam.

So, Pukul 10.00 kita turun ke bawah, kemudian makan dan bergegas turun ke bawah untuk pulang. Perjalanan pulang cukup ngebut sampai di pos 1 kira- kira pukul 4 sore, dan dilanjutkan dengan naik ojek ke rumah Bang Ipul, kemudian nginap sehari lagi dipenginapan untuk keesokan harinya pergi ke pulau Satonda.



Explore Tambora (PART 1 of 2)

Hai! Sudah lama ga blogging, kali ini saya mau cerita tentang perjalanan saya ke bagian timur Indonesia. This trip was an epic trip in my life. It was totally different with my usual trip.

So.... setelah menuggu (dan menabung) lama untuk trip ini akhirnya saya bisa mencentang bucket list saya. Selama 2 minggu saya menyiapkan perjalanan ini, mulai dari tiket pesawat sampai beli kamera baru LOL, kenapa beli kamera baru? karena saya males bawa kamera segede gaban so saya dan Tito berinisiatif untuk mencari kamera pocket dengan kualitas yang ga kalah bagusnya sama kamera segede gaban.

Setelah perdebatan yang agak alot akhirnya kami memutuskan berangkat tanggal 11 Juli 2016, sekitar  minggu setelah lebaran. Kami menggunakan CITILINK dan mendapatkan harga Rp. 850.000/  pax tidak terlalu mahal harga tersebut setelah dipotong dengan kode promo traveloka hahaha. Perjalanan kami mulai terbang dari bandung pukul 07.25 WIB dan transit di Surabaya dari pukul 09.00 WIB dan akan terbang kembali pukul 15. 25 dengan tujuan akhir ke Lombok yang akan tiba pada pukul 17.35 WIB. Ini memang perjalananan yang cukup panjang mengingat kami flight dari Bandung dan memang kami harus transit ke lombok/ bali untuk menuju bima.


Sesampainya di Lombok kami keluar airport dengan menggunakan Bis Damri arah mataram yang jauh lebih ekonomis dibandingkan sewa mobil ataupun taxi. Damri dari airport ke mataram memakan waktu 1 jam dan tarifnya hanya Rp. 25.000. Namun kami berhenti di dekat airport menuju Grand Royal B.I.L Lombok untuk stay, mengapa disini karena ke esokan harinya kamu harus melanjutkan perjalanan ke Bima pukul 06. 25 WITA

Tanggal 12 Juli 2016 kami diantar oleh shuttle airport yang disediakan oleh hotel dan flight ke Bima dengan menggunakan pesawat Explore Garuda Indonesia yang kami dapatkan dengan harga Rp. 550.000/ pax. Perjalanan ini seharusnya hanya 55 menit saja, namun karena sulitnya mendarat di Bima kami harus terus mengudara hingga pukul 09. 15 WITA. Sempat terancam tidak bisa mendarat namun akhirnya Pilot memutuskan untuk mencoba mendarat dan akhirnya mendarat lah kami di bandara yang bisa saya sebut lebih mirip terminal bus.

View Tambora yang SUPER HUGE!



Penampakan masuk Airport

Dalam airport (Pengambilan bagasi)

Ruang tunggu (halaaahh hahaha)

Sesampainya di Bima, kami sedikit bingung dengan kendaraan yang harus kami gunakan untuk menuju dompu, mengingat bis dari bima ke desa calabai hanya 1 kali dalam sehari dan itupun pukul 7 pagi. Akhirnya kami memutuskan untuk beli teh di kantin airport sambil berfikir harus bagaimana, menyewa mobil ke dompu tarifnya menyebalkan, bisa sampai 500.000/ trip. Haduh! Seorang Lysa mana mau bayar Rp. 500.000 hanya untuk perjalanan darat yang kurang lebih cuma 1 jam hahaha. Setelah lama diam, saya memberanikan diri untuk mengobrol dengan bapak di sebelah saya yang ternyata seorang pengurus Taman Nasional Gunung Tambora. Yipiiiiiii! Dan mungkin dia tau kami kebingungan akhirnya beliau menawarkan kami untuk pergi bersama ke Dompu karena baliau kebetulan sedang menjemput temannya dan akan pergi ke Dompu.

Sesampainya di dompu, kami pergi ke daerah pasar untuk mencari tabung gas, karena gas kami disita oleh petugas bandara di Lombok,(sial! padahal dari Bandung bisa lolos sampe ke Lombok). Saya sedikit emosi karena SUMPAH! Ini pulau panas banget! Sampai akhirnya kami menemukan gas di satu- satunya toko kelontongan yang menjual gas!

Sesamainya di terminal, kami beristirahan sebentar dan makan siang,untuk orang dari pulau jawa, jangan kaget dengan masyarakat disini, ngomongnya ga nyantai tjoy! Saya sempet syok karena orang- orang sekitar saya seperti marah- marah sama saya, namun setelah diberitahu oleh seorang ibu warung yang sempat merantau (dan lebih halus cara bicaranya ) akhirnya saya mengerti dan mulai terbiasa dengan orang- orang yang ngomongnya teriak- teriak ahahahaha.

Pukul 15.00 WITA kami menaiki bus 3/4 dari terminal dompu ke desa pancasila. Jangan pernah berekspektasi bis bagus, nyaman, bersih, dan ber-AC di kota ini. Kalau pun ada itu hanya tujuan ke luar pulau atau paling dekat sumbawa besar. Tarif bis ini Rp. 50.000, perjalanan ditempuh -/+ 5 jam. Kami memilih untuk duduk diatas bus karena Tito bilang pemandangan selama ke desa pancasila akan menyenangkan. Cuaca cerah dan saya bahagia sekali karena ini pertama kalinya saya melihat padang savana TANPA SAMPAH, hijau, sapi berkeliaran, jarang penduduk dan ditepi pantai dengan suguhan langit biru. I would say this is a heaven on earth!
Terminal dompu dan itu Bis yang kita pakai!!

Di dalam  Bis. SUM-PEK.

Anggep aja naik hartop wakakak

Panorama khas Sumbawa

Sapi everywhere. :D

Who Can stand whith this stunning view?

Savana sepanjang jalan (kenangan)

Maghrib datang akhirnya kami  memutuskan untuk turun ke bawah, karena di dalam bis juga sudah mulai kosong penumpang, tertidur karena kelelahan, kami dibangunkan oleh kenek bis dan kami tiba di Desa Pancasila dan tepat di depan pos pendaftaran Tambora atau lebih tepatnya rumah Bang Saiful, orang yang bertanggung jawab atas semua registrasi masuk Tambora. Karena sudah malam kami menginap di tempat penginapan Bang Ipul dengan tarif Rp.100.000/room/ night yang bisa diisi hingga 4 orang, sebenarnya ini opsional hanya saja karena perjalanan jauh kami memilih untuk tinggal dikamar ini dan enggan membuka tenda karena males packing hahahaha.


Summary:
Bandung- Lombok (07.25 WIB) = Citilink Rp. 850.000
B.I.L- Hotel (Tiap jam ada) = Damri Rp. 25.000
Lombok- Bima (06.25 WITA) = Garuda Indonesia Rp. 550.000
Bima- Dompu = Gratis!!! (Hanya ada 2x dalam sehari)
Bis Dompu- Desa Pancasila (15.00) = Rp. 50.000 (hanya ada 1x dalam sehari)
Hotel di Lombok = Rp. 3xx.000/r/n (lupa tepatnya)
Penginapan di Pancasila = Rp. 100.000/r/n

Siapa tau mau booking porter bisa kontak ke:
CP: 082340693138 (Bang Syaiful – Base Camp Desa Pancasila)



To be Continued.